Banyak Nilai yang Bisa Diambil dari Film Negeri Dongeng
Dibeberapa minggu lalu saya nonton film dokumenter berjudul Negeri Dongeng yang menceritakan tentang sebuah komunitas yang bernama Aksa 7 yang melakukan ekspedisi pendakian ke tujuh gunung tertinggi yang ada di Indonesia. Saya waktu itu nonton di Blok M Square. Sebelum saya membahas tentang film Negeri Dongeng, saya pengin ngasih tahu kenapa saya kepengin banget nonton film ini.
Jujur ini adalah film dokumenter pertama yang saya tonton full sampai habis. Karena sebenarnya saya agak kurang tertarik sih sama film dokumenter. Alasan saya kepengin banget nonton Negeri Dongeng, karena cerita filmnya yang menarik, yakni berkaitan sama pendakian gunung. Saya sebenarnya punya keinginan, minimal sekali semasa hidup ngerasain yang namanya mendaki gunung itu kayak gimana. Keinginan naik gunung itu ada sejak saya baca novel dan nonton film 5 CM karya Donny Dirghantoro dan disutradarai sama Rizal Mantovani yang dirilis di bioskop tahun 2012.
Saya juga sempat mendengar beberapa cerita dari orang-orang yang pernah mendaki gunung, kalau naik gunung itu bisa membuat pendakinya semakin mengenal dirinya sendiri, mengingat apa-apa saja yang sudah pernah dilakukan di dunia, makin mencintai ibu pertiwi, dan pastinya semakin mengingat akan kebesaran Tuhan YME. Maka dari itu, saya ingin sekali naik gunung suatu saat nanti, pengin ngebuktiin sendiri 🙂
Oke, balik ke topik utama. Jadi, seperti yang sudah saya singgung di atas jika Negeri Dongeng ini bercerita tentang perjalanan sekumpulan tujuh pemuda Indonesia yang bukan hanya ingin mengeksplor keindahan Indonesia, namun juga ingin menceritakan kepada masyarakat luas jika Indonesia itu memang benar-benar indah dan memiliki alam yang kaya lewat sebuah karya, yakni film.
Film Negeri Dongeng dibuat dari mengumpulkan kisah pendakian yang dilakukan selama kurang lebih dua tahun yang dimulai bulan November 2014 menuju Gunung Kerinci, kemudian dilanjutkan pada bulan Desember 2014 untuk Gunung Semeru. Pada Januari 2015 untuk Gunung Rinjani, Februari 2015 untuk Gunung Bukit Raya, Mei 2015 untuk Gunung Rantemario, November 2015 untuk Gunung Binaiya. Ditutup dengan pendakian ke Gunung Cartenz, Papua, yang termasuk dalam seven summit dunia pada April 2016.
Lewat film ini para penonton diperlihatkan bagaimana sulitnya mendaki gunung, apa saja tantangannya (bukan hanya dari alam, melainkan dari partner mendaki, bahkan dari diri pendakinya sendiri). Negeri Dongeng juga menggambarkan secara apa adanya konflik-konflik yang terjadi oleh para tim Aksa 7, yang terkadang menimbulkan sisi ego dari masing-masing tim. Menurut saya yang paling menyentuh adalah ketika ada salah satu orang yang ikut mendaki, namun sudah tidak bisa atau tidak sanggup mendaki karena sakit bahkan harus dirawat di rumah sakit, namun saat sebelum dibawa ke rumah sakit, semua kru ikut turut membantu agar perempuan tersebut bisa mendapat pengobatan dan meneruskan pendakian, namun apa daya, perempuan tersebut harus menyerah lebih dulu dan dirawat di rumah sakit.
Dari situ saya belajar akan arti dari gotong royong, saling membantu, susah senang ditanggung bersama, meskipun tidak bisa dipungkiri jika terkadang ego diri sendiri pun masih muncul sesekali. Selain itu, terlihat pula kehidupan masyarakat pegunungan serta proses interaksi personal antar tim ekspedisi demi mencapai ke-7 puncak gunung yang didaki. Dan tak ketinggalan gambaran kekayaan Indonesia baik tumbuhan maupun satwa yang begitu banyak, namun sayangnya tidak bisa dinikmati seluruhnya oleh masyarakat Indonesia sendiri.
Contohnya, dalam film ini menceritakan fakta tentang produksi teh Indonesia, di mana pasar nasional hanya membeli kualitas kelas III, sementara untuk kelas I-II untuk diekspor. Dan digambarkan pula adanya kerusakan alam seperti penebangan pohon.
Film Negeri Dongeng disutradarai oleh Anggi Frisca. Dalam film juga ditampilkan perjalanan komunitas Aksa 7 bersama dengan personel lainnya, ada Chandra Sembiring sebagai produser, Teguh Rahmadi, Jogie KM Nadeak, Rivan Hanggarai, Wihana Erlangga, Yohanes Patiassina. Ada pula Nadine Chandrawinata, Medina Kamil, dan Darius Sinatria.
Yang saya lihat dari film ini, seakan ingin menyampaikan nilai pesan jika masyarakat Indonesia diharapkan bisa bergotong royong untuk membangun Indonesia menjadi lebih baik, dengan salah satunya adalah tidak merusak alam. Dan ingin pula mengedepankan sisi empati antar sesama manusia.
Film yang berdurasi 1 jam 44 menit ini juga memiliki beberapa kutipan yang menurut saya jleb banget. Dua diantaranya kalau saya tidak salah ingat yakni “Semakin tinggi kita naik gunung, kita semakin bisa mengenal diri kita sendiri” dan “Setiap hidup kita adalah film kita. Kita adalah sutradara dalam hidup kita”.
0 comments