Novel ‘Asupan’ Jiwa, Lost In The USA
Pertama kali lihat buku ini di rak buku Gramedia Bintaro, saya langsung memfokuskan perhatian sama buku yang satu ini. Kenapa? Karena dari judulnya saja ada embel-embel USA. Iya saya suka banget baca buku yang ada kaitannya sama Amerika, karena saya punya impian, suatu saat saya harus bisa ke Amerika. Aamiin🙂
Setelah saya membaca bukunya sampai tuntas, saya bisa katakan saya enggak menyesal sama sekali telah membeli buku ini. Buku ini benar-benar ‘asupan’ yang sangat bermanfaat bagi jiwa tiap orang yang punya mimpi. Lost In The USA mengajarkan kepada para pembacanya untuk memiliki tekad yang kuat serta bekerja keras meraih impian, bersyukur dengan apa yang sudah didapatkan selama ini dan tak lupa untuk selalu berbakti pada kedua orang tua dan tidak pernah melupakan kehadiran Tuhan di manapun dan kapanpun.
Setting waktu di novel ini tahun 1980an. Berawal dari Fathi Bawazier selaku tokoh utama sekaligus penulis novel ini yang ingin menjadi manusia berilmu dan memiliki nilai jual tinggi di tengah-tengah persaingan jutaan manusia yang berusaha memperoleh kehidupan yang layak dan mapan untuk masa depan, maka menurutnya hanya ada dua pilihan yang harus ia tentukan, yakni kuliah di Universitas negeri atau kuliah di Universitas luar negeri.
Saat SMA Fathi mendapat julukan sebagai ‘anak garpu’, karena ia memiliki rambut kribo dan ia menggunakan garpu makan sebagai sisir untuk merapikan rambutnya. Dalam novelnya Fathi bercerita jika ia termasuk anak yang badung disekolahnya. Saat SMA ia menggunakan jeans belel, jaket warna hijau tentara, sepatu kets belel, bahkan jika ia sedang malas memakai sepatu kadang memakai bakiak dan tidur dikelas. Ia tak pernah membawa tas, hanya satu buku tulis yang memuat semua mata pelajaran dan disematkan di saku belakang celana.
Sempat saya berpikir, kenapa orang-orang sukses atau public figure yang banyak menginspirasi orang itu masa lalunya sempat jadi anak badung atau anak nakal. Sebut saja Bill Gates yang sering bolos kuliah dan akhirnya di DO dari kampusnya. Sekarang dia jadi pemilik microsoft. Ya walaupun tidak semua orang sukses seperti itu sih. Hehe. Ini membuktikan kalau tidak semua anak badung, masa depannya akan jelek atau berantakan.
Tidak berhasil masuk Universitas negeri impiannya yakni ITB sampai UI, akhirnya Fathi memilih pilihan kedua yakni kuliah di Universitas Luar negeri. Keinginan tersebut tidak bisa tercapai dengan mudah, Ayah Fathi yang biasa dipanggil Abah saat itu bekerja sebagai makelar bahan bangunan tidak bisa membiayai kuliah Fathi di luar negeri. Tetapi mengijinkan anaknya merantau ke luar negeri. Saya sangat salut dengan orang tua Fathi yang mengijinkan anaknya untuk meraih impiannnya sekolah di luar negeri. Mamah dan Abah sangat mendukung apapun keinginan anaknya dan tidak pernah sekalipun menciutkan mimpi anaknya. Mereka sangat percaya dengan anaknya.
Sebenarnya Fathi ingin sekali merantau ke Australia, namun sayang, tahun 1980an untuk mendapatkan visa ke Australia sangat susah. Saat Fathi berusia 19 tahun, ia pernah berusaha untuk mendapatkan visa turis Australia. Setelah mengalami tiga kali penolakan pengajuan visa tourist Australia, akhirnya Fathi bisa mendapatkannya walaupun hanya mendapat izin 14 hari. Di Australia Fathi tinggal selama 3.5 bulan, harus pulang ke Indonesia dengan cara dipulangkan oleh petugas imigrasi, karena statusnya sebagai imigran gelap. Saya sebagai pembaca merasa kagum akan kegigihan Fathi. Mungkin buat orang lain kegagalan mencapai tiga kali, sudah membuat orang gampang menyerah. Dan terbukti dengan kegigihan, keinginan untuk bisa ke Australia bisa terwujud ya walaupun berakhir dengan tragis.
Kegagalannya meniti karir dan sekolah di negeri orang tidak mengurungkan niat Fathi untuk merantau ke luar negeri lagi. 2. Agustus 1987 saat ia berusia 23 tahun dan bersama Thoriq (19) sepupunya pergi ke Amerika, tepatnya Los Angeles. Disini saya sekali lagi dibuat kagum oleh keberanian Fathi, yang tak takut untuk mengambil risiko. Pergi ke Amerika tanpa ada sanak saudara di sana, tidak mengurungkan niatnya untuk bisa menjadi manusia yang berilmu dan memiliki nilai jual tinggi. Novel yang bisa dibilang termasuk novel religi ini banyak menyiratkan pesan-pesan islami yang sangat menyentuh. Fathi sempat bekerja sebagai pengantar Piza yang mengandung daging tak halal . Ia bimbang dan meminta pendapat seorang Uztad yang akhirnya menyarankan ia untuk keluar dari tempat kerjanya dan yakin akan ada pekerjaan lain untuknya.
Fathi bekerja di station Operator Inc, subsidiary dari Mobil Oil Corp perusahaan perminyakan kelas dunia sebagai kasir. Di dalam bukunya Fathi banyak bercerita tentang pertolongan Allah SWT. Salah satunya adalah ketika Fathi diharuskan menjadi saksi dalam kasus yang menimpa teman kerja barunya bernama David yang ternyata seorang Psycho Maniac. Disatu sisi jika ia memberatkan David ia takut akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terjadi padanya, sementara jika ia tidak memberikan kesaksian ia akan di kenai hukuman pasal penghinaan terhadap lembaga peradilan yang sanksinya kurungan penjara dan denda. Sebelum persidangan tersebut dilakukan ia solat tahajud meminta perlindungan dari Allah SWT dan akhirnya ia batal menjadi saksi yang otomatis menyelamatkan hidupnya. Yang saya suka dari buku ini adalah banyak menyisipkan ayat maupun hadist islami yang menambah pengetahuan saya akan kebesaran Allah SWT. Salah satunya yakni, ‘Dalam surat Al-Baqarah, ayat 216 mengatakan “Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahai ia amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui’ ( hal 165).
Inti dari novel ini kita diajarkan untuk tidak pernah lelah untuk mengejar mimpi. Terbukti dengan kegigihannya Fathi bekerja di Amerika ia berhasil kuliah di Pierce College sebuah community college atau setara dengan D2 jurusan computer science. Dan berhasil mencapai posisi manager menggantikan bosnya di perusahaan yang masih sama yakni Mobil Oil Corp. Dan saya mengambil pelajaran juga bahwa perbanyaklah berteman dengan siapa saja yang bisa membawa kita kepada kesuksesan, karena kita tidak akan tahu rejeki bisa datang dari orang-orang yang kita baru kenal. Dalam novelnya Fathi banyak berkenalan dengan teman-teman baru yang mengantarkannya pada mimpinya.
Saya juga mendapatkan beberapa gambaran tentang kehidupan di Amerika, misalnya di halaman 24 ternyata walaupun Los Angeles bisa dibilang sebagai negara bagian yang kita kenal sebagai salah satu surganya film di Amerika, tapi di sana juga banyak gembel-gembel atau homeless dan banyak tindakan kejahatan dilakukan di sana, walaupun settingnya tahun 1980an. Di halaman 8, Fathi menjelaskan cara menaiki bus, yakni pintu terbuka otomatis, penumpang naik, lalu memasukkan uang ke kotak besi di sebelah sopir. Ternyata kotak besi tersebut bisa secara otomatis dapat menghitung uang yang dimasukkan penumpang. Saya berpikir di tahun 1980an saja Amerika sudah memiliki transportasi yang memiliki teknologi praktis dalam hal transaksi. Di Bab 13, saya juga baru tahu ternyata di Amerika ada mata kuliah yang mengsyaratkan untuk pesertanya mengikuti tes bahasa inggris. Ada 10 level kelas bahasa inggris yang harus dilalui mahasiswa agar mendapat gelar setara D-2. Wow mau mendapatkan suatu gelar saja harus melalui ujian bahasa inggris yang begitu banyak. Untung di Indonesia, bahasa Indonesia tidak ada tingkatan atau levelnya hahahaha.
Dan satu lagi yang bisa saya ambil dari membaca novel inspiratif ini adalah Fathi sangat menyayangi orang tuanya dan ia meyakini bahwa kesuksesan yang ia raih tak terlepas dari doa Mamah dan Abah nya. Sejauh apapun kita, sesibuk apapun kita dan bagaimana pun keadaan kita jangan sampai kita melupakan orang tua kita. Saya sangat merekomendasikan buku ini buat kita anak-anak muda yang masih punya semangat buat meraih impiannya🙂
0 comments