Resensi Buku “OFF THE RECORD : Kisah-kisah Jurnalistik Dari Lapangan dan Meja Redaksi Surat Kabar”
Source:Goodreads.com |
Udah lama banget gue enggak posting resensi buku. Huffft. Tapi jangan khawatir, karena dipostingan gue ini gue bakal meresensi buku yang baru aja gue baca. Buku apa itu?
Kali ini gue bakal meresensi buku yang judulnya “Off The Record : Kisah-kisah Jurnalistik Dari Lapangan Dan Meja Redaksi Surat Kabar” yang ditulis oleh Zaenuddin HM. Buat yang belum tahu siapa itu Zaenuddin HM, gue bakal ulas sedikit tentang beliau.
Zaenuddin HM merupakan wartawan senior Rakyat Merdeka Group, memimpin Harian Umum NonStop yang lahir di Jakarta 1966 yang aktif menulis sejak masa kuliah tahun 1980-an. Tulisan beliau banyak tersebar di berbagai media, seperti Majalah Hai, Hikmah, Didaktika, Harian Terbit, Merdeka, Pelita Mutiara, Jayakarta, Rakyat Merdeka dan Bandung Pos.
Buat yang suka sama bidang kewartawanan pasti udah enggak asing lagi sama nama jurnalis senior yang udah sedikit gue ulas. Langsung aja gue resensi buku “Off The Record” Karya Zaenuddin HM.
Judul : Off The Record : Kisah-kisah Jurnalistik Dari Lapangan Dan Meja Redaksi Surat Kabar
Penulis : Zaenuddin HM
Tahun Terbit : Juni 2007
Tebal Buku : 246 Halaman
Penerbit : Prestasi Pustaka
Tempat Terbit : Jakarta
Buku ini gue pinjam dari teman gue yang emang tertarik sama bidang kewartawanan. Iseng-iseng gue pinjam aja bukunya. Lumayan buat nambah-nambah pengetahuan dan suku kata karena kebetulan gue juga suka nulis. Buku yang bercerita tentang dunia kewartawanan ini, menurut gue asyik banget dibaca, kenapa? Karena buku ini secara tidak langsung memberikan gambaran bagi para pembaca khususnya yang ingin terjun di dunia kewartawanan di bidang media cetak. Buku yang dicetak pada Juni 2007 ini berisi cerita tentang pengalaman Zaenuddin HM yang mengawali karir sebagai jurnalis di tahun 1980-an hingga 2000-an.
Salah satu isi bukunya yang bisa gue share adalah di bab “Wartawan Anjing”. Apa maksudnya? Jadi di buku Off The Record itu menjelaskan kalo yang dimaksud dengan wartawan anjing adalah ini ada hubungannya dengan dengan fungsi pers yang sering diistilahkan dan digambarkan sebagai “Watch dog” atau “anjing penjaga”. Maksudnya adalah. Pers dan tentu saja kerja wartawan adalah sebagai kontrol sosial, menegor pemerintah atau penguasa agar tidak salah dalam mengeluarkan kebijakan, sehingga rakyat yang dirugikan.
Di dalam bukunya tersebut Zaenuddin juga menceritakan kalo wartawan itu bisa saja disuap oleh oknum-oknum tertentu. Dalam dunia kewartawanan dinamakan wartawan amplop. Terkadang ada saja wartawan yang diming-imingi uang oleh sumber berita agar berita yang dipublikasikan tidak berisi hal-hal negative yang dapat membuat nama baik maupun citra sumber berita menjadi buruk. Sebenarnya itu tergantung dari wartawannya sendiri, jika ia komitmen dengan tugasnya yakni harus berpihak pada kebenaran dan rakyat kecil wartawan yang diiming-imingi itu tidak akan tergoda.
Wartawan juga rentan terseret ke polisi. Dalam bukunya penulis mengisahkan yang saat itu beliau menjadi redaktur di Rakyat Merdeka harus ke kantor polisi menjadi saksi akibat berita yang dimuat oleh Rakyat Merdeka mengenai kerusuhan 27 juli 1996 (penyerbuan kantor DPP PDI Megawati di Jl Diponegoro Jakarta Pusat) yang saat itu Koran Merdeka menurunkan Headline “Ini Dia Tersangka Kasus 27 Juli” dan memasang foto-foto dari para tersangka yang salah satunya adalah pejabat polisi. Penulis diwawancarai mengenai bagaimana proses berita itu bisa turun hingga masuk ke surat kabar dan seterusnya.
Yang gue tangkap setelah membaca buku ini adalah menjadi seorang wartawan itu tidak mudah, selain kita harus akurat dalam memberitakan berita suatu kasus, kita juga harus memperhatikan dampak yang akan ditimbulkan dari berita yang kita muat dikoran. Dan tidak bisa dipungkiri kalo wartawan juga ada enaknya yaitu kita bisa ketemu banyak orang, berkunjung ketempat baru bahkan bisa keluar negeri gratis. Buku ini bagus banget jadi panduan buat lo yang pengen jadi wartawan cetak!.
0 comments