Mengatasi Quarter Life Crisis Selama Pandemi dengan Buku
Sekitar bulan November 2020 teman saya, Gendis, mengirimkan sebuah undangan pernikahannya melalui WhatsApp. Tentu saya sangat senang dengan kabar tersebut. Selain membalas pesan dengan mengucapkan terima kasih karena sudah diundang, kami pun ngobrol berbagai hal, salah satunya pekerjaan.
Gendis bertanya, “Gimana Ka,
kerjaan aman gak?”
“Kerjaan kayak roller coaster Ndis. Hahaha.” Balas saya
Saya membalas seperti itu karena
jujur saja, work from home (WFH) menjadi
ritme pekerjaan yang ternyata bikin stres juga. Meskipun saya introvert yang lebih suka sendiri dan
tempat tenang ternyata lama-lama bekerja dari rumah bikin bosan setengah mati
dan jadi kurang fokus sesekali.
Sebelum WFH, tadinya saya kalau
istirahat kerja pasti keluar kantor karena lokasi tempat kerja dekat banget
sama mal. Sekarang harus diam saja di rumah. Suasananya itu lagi itu lagi.
Tapi untungnya sekarang sudah
bisa beradaptasi dengan ritme WFH yang diterapkan oleh kantor saya. Apalagi
sekarang sudah banyak wacana jika kantor-kantor di luar negeri bahkan Indonesia
lebih memilih untuk WFH dibanding work
from office (WFO) karena dinilai lebih efisien.
Saya yakin pasti masa-masa
pandemi dan WFH menjadikan kita jadi punya banyak waktu buat diri sendiri. Iya
kan? Kita jadi lebih banyak berpikir soal diri kita, keluarga, kerjaan, atau relationship.
Saya sendiri jadi lebih banyak
berpikir selama 28 tahun hidup sudah ngapain saja sih? Kok kayaknya kalau
melihat teman-teman saya yang lain, mereka ada yang sudah menikah, punya anak,
sudah jadi manager, sering jadi
pembicara sana sini, atau traveling ke
sana ke mari.
Setelah merenung, saya menyadari
ternyata saat ini saya sedang mengalami quarter
life crisis di bidang karier. Adanya quarter
life crisis membuat kita jadi merasa kurang dalam segala aspek,
membandingkan diri dengan orang lain, dan perasaan negatif lainnya yang muncul.
Sadar jika perasaan negatif
tersebut bila dipelihara lebih lanjut akan makin memperburuk diri sendiri, saya
akhirnya mencari jalan keluar dengan berbagai cara, salah satunya dengan
membaca buku self improvement.
Mengatasi Quarter Life Crisis dengan Dua Buku Self Improvement
Sebenarnya di awal pandemi, saya juga banyak nonton film streaming. Seru sih, tapi lama-lama kok bikin mata capek dan jadi sulit tidur. Soalnya dari kerja sampai istirahat malam hari lihatnya layar terus. Akibatnya, siang hari jadi mudah ngantuk dan kurang fokus.
Berdasarkan infromasi dari yang saya baca di Harvard Medical School sebagian perangkat elektronik menghasilkan bluelight yang membuat kadar melatonin atau hormon yang mengatur waktu tidur dan bangun seseorang jadi menurun. Salah satu efek negatifnya jadi membuat tubuh merasa lelah keesokan harinya dan jadi kurang fokus mengerjakan kegiatan.
Jadinya saya beralih saja ke baca
buku fisik, di mana nggak bikin mata capek. Biasanya saya baca buku sebelum
tidur. Baca buku sebelum tidur ternyata banyak manfaat lho. Salah satunya bisa
bikin tidur lebih nyenyak dan membuat apa yang kita baca bisa lebih tersimpan
dalam ingatan. Saya sendiri merasakan banget sih, tidur jadi lebih pulas,
jarang bangun tengah malam tiba-tiba.
Baca buku bagi saya juga bukan
cuma penghilang rasa jenuh tapi juga menjadi ‘tuntutan’ pekerjaan karena saya
berkarier sebagai content writer.
Otomatis harus banyak baca juga kan. Makanya salah satu sisi positif dari WFH
saya jadi bisa punya waktu buat benar-benar meresapi isi buku. Bukan hanya asal
selesai.
Jujur saja, saya cenderung lebih
suka baca non fiksi macam self improvement dibanding fiksi kayak novel.
Alasannya karena lebih suka sama hal-hal yang memang nyata saja daripada yang
cerita khayalan.
Terus kadang kalau baca novel
juga jadi ikut baper, misal ceritanya lagi bahas soal sepasang kekasih, lha saya
lagi jomblo. Kan jadi ingin pacaran. Hahaha.
Saya punya dua rekomendasi buku
yang mengubah mindset dan membantu
saya untuk beradaptasi dengan berbagai kondisi yang saya alami termasuk saat
menghadapi quarter life crisis pada karier. Selain
itu, isi dua buku ini juga sedang saya terapkan.
Yang benar gitu sih, kalau baca
buku non fiksi sebaiknya kita terapin juga cara-cara yang disampaikan dalam
buku itu. Jadi bukan yang penting selesai baca dari halaman satu sampai akhir.
Dua buku itu yaitu You Do You: Discovering Live Through
Experiments and Self-Awareness dari Fellexandro Ruby dan Lagi Probation - Menikmati Perjalanan Mencari
Kerja dari Samuel Ray.
You Do You: Discovering Live Through Experiments and Self-Awareness – Fellexandro Ruby
Mungkin sekitar 1,5 tahun lalu
saya sudah mengikuti Fellexandro Ruby di Instagram. Saya follow karena suka
sama konten yang dia share khususnya tentang productivity dan career. Jujur
saya ngerasa relate sih sama content yang dia buat.
Saat tahu Koh Ruby bikin buku, saya sangat excited. Saat baca bukunya, ternyata memang se-helpful itu sih buat saya dalam menemukan jawaban-jawaban yang selama ini saya cari soal karier.
The Best Part of You Do You Book That Change My Mind
Buku ini menjadi yang pertama saya baca di awal tahun 2021. Hingga tulisan ini
dibuat saya sudah baca dua kali bukunya karena sangat ngena di saya yang lagi bimbang soal karier. Saya pun juga akan
baca bukunya lagi karena ada beberapa tips yang belum diterapkan dan cukup
berguna untuk karier.
Jujur saat menuliskan bagian ini
untuk buku You Do You: Discovering Live Through Experiments and
Self-Awareness saya bingung. Karena isinya insightful semua at
least buat saya ya. Apalagi di awal buku kita sudah ‘diajarin’ gimana sih
sebaiknya menggunakan buku ini. Intinya sih percuma mau dibaca berapa kali pun
buku ini, kalau tidak ada eksekusinya sama saja bohong.
Lewat buku terbitan PT Gramedia Pustaka Utama yang tebalnya 238 halaman ini pembaca diajak untuk mengenal
diri sendiri lebih dalam lagi. Pas banget kan lagi pandemi gini, daripada
dipakai buat bengong, mending dipakai buat lebih menggali soal diri
sendiri.
Gaya bahasa dari buku ini tidak
berat sama sekali. Sama kayak cara penulis menyampaikan pesan di media sosialnya. Rasanya kita sama dia kayak teman saja. Saya sendiri sangat enjoy pas membacanya karena berasa didongeng-in dan diajak diskusi
sama Koh Ruby.
Cara penyampaiannya bukan secara
gamblang memberikan jawaban atas banyaknya pertanyaan yang sering Koh Ruby terima
soal karier, produktivitas, finansial, dan investasi di DM Instagramnya. Pembaca dibantu untuk
menentukan mana pilihan yang paling pas buat kita berdasarkan dari pengalaman
yang sudah dia buktikan sendiri. You
decide! Itu kata-kata yang beberapa kali disebut dalam buku ini.
Sang penulis seperti memberikan intisari dari pemikiran
dia yang mau disampaikan. Jadi hampir semua yang ditulis betul-betul dipilih
sedemikian rupa dengan pembahasan yang padat dan berisi atau istilah yang lagi ngetren
sekarang ‘daging banget’.
Beberapa Bab di Buku You Do You yang Saat Ini Saya Implementasikan dalam Kehidupan Sehari-hari:
· Bab 1.4 How You Learn. Di bab ini kita diberitahu jika berdasarkan dari metode VARK ada 4 metode cara belajar, yaitu visual, auditory, read/write, dan kinesthetic. Dari sini saya bisa mengenal jika cara belajar saya itu lebih ke visual dan read/write. Untuk apa sih tahu gimana cara belajar kita? Gunanya agar mempermudah kita mempelajari sesuatu. Misalnya, saya tahu cara belajar saya read/write, maka saat sedang mempelajari sesuatu saya lebih baik membaca buku atau mencatatnya.
Dengan mengetahui chronotypes, kita jadi tahu kapan sih waktu-waktu produktif kita dalam bekerja, kapan kita jadi orang yang lagi tidak bisa konsentrasi penuh, dan lain-lain. Kita jadi bisa menentukan kapan kita harus mengerjakan pekerjaan yang butuh konsentrasi penuh, kapan kita bisa lebih selow dalam bekerja.
Singkatnya, saya masuk ke tipe lion di mana jam produktif saya itu di pagi hari. Terus di sore hari saya sudah mulai bego deh. Kerja sudah nggak maksimal. Bawaannya ngantuk dan lapar.
Jadi sejak awal tahun ini selesai baca buku You Do You untuk pertama kalinya, saya sudah mulai kerja dari jam tujuh pagi. Terus menjelang makan siang sudah mulai berkurang tuh fokusnya, karena pikiran sudah mikirin makan siang. Jadi saya mengerjakan pekerjaan yang ringan-ringan saja.
Setelah makan siang, perut kenyang, terus sedikit rebahan jadi fresh lagi. Baru deh gas lagi buat mengerjakan pekerjaan yang perlu mikir banget. Tapi sekitar jam setengah lima sampai jam kantor selesai sudah mulai lemot. Fokus sudah berkurang dan bawaannya ngantuk. Itu versi saya. Kamu juga punya jam biologis kayak saya?
Bab 2.8 Reverse Engineer Karier. Salah satu hal yang disampaikan dalam bab ini kita dituntun buat cari tahu skill apa yang kita perlukan untuk bisa mencapai pekerjaan yang kita mau. Setelah membaca bab ini, saya jadi mikir arah karier saya mau ke mana.
Pilihannya bisa jadi content editor buat mencapai goal saya di 5 tahun mendatang menjadi content manager. Saya jadi mencari tahu skill-skill
apa sih yang saya perlukan untuk bisa mencapai karier jadi content editor. Saya sudah mencari skill set apa yang diperlukan untuk bisa saya mencapai
posisi-posisi tersebut.
Terus konkretnya saya jadi ikut beberapa kelas online yang membahas soal editing tulisan. Ternyata yang namanya editing tulisan bukan hanya memperhatikan typo, logika berpikir, PUEBI-nya saja. Tapi banyak juga aspek lain yang perlu diperhatikan seperti konsistensi penulisan, cek fakta yang dituliskan, dan cek kepantasan dari segi legalitas dan kesusilaannya.
Bagian yang Paling Saya Suka dari You Do You: Discovering Live
Through Experiments and Self-Awareness
Kalau saya diharuskan untuk
memilih satu atau dua bagian dalam buku ini, yang saya suka banget ada di
bagian 2.8 Reverse Engineer Karier dan 4.7 My 10 Rules of Buliding Network.
Saya tadi sudah sedikit mengulas
soal isi bab 2.8 kan? Nah, yang keren lagi di bagian ini, koh Ruby juga memberikan
kita contekan salah satu caranya dia bisa sukses jadi food photographer yaitu
meniru cara kerja dan ngobrol dengan idolanya.
Contohnya nih, di buku Koh Ruby ceriita dia bela-belain ke Surabaya buat ketemu sama Inijie dan ngobrol sambil lunch
sama dia soal food photography dan cara kerja Jie. Terus Koh Ruby
juga kirim e-mail ke Matt Armendariz seorang food photographer asal Los Angeles untuk mengajak bertemu saat Koh
Ruby ada rencana solo trip ke US.
Meskipun akhirnya tidak
bertemu Matt, tapi Koh Ruby tetap mempelajari prosesnya Matt. Misalnya bagaimana cara
si Matt ini mengomunikasikan karyanya ke publik secara online, klien apa saja yang Matt kerjakan, bagaimana cara Matt
memulai karier food photographer-nya
melalui foto majalah. Lalu Koh Ruby juga mengikuti jejak Matt untuk update proses
di belakang layar saat dia lagi mengerjakan projek fotografinya lewat media
sosial.
Dari sini pun saya jadi
terinspirasi buat cari sosok panutan beauty blogger (karena saya suka share postingan
soal beauty di blog) yang bisa saya juga Amati. Tiru, Modifikasi alias ATM untuk
memperbagus konten saya. Sampai sekarang saya belum nemu sih, soalnya
kebanyakan pada beralih ke vlog. Kalau kalian punya rekomendasi beauty
blogger yang saat ini masih konsisten nulis dan kontennya juga bagus, kasih
tahu saya ya!.
Sedangkan di bab 4.7 My 10 Rules of Buliding Network Koh Ruby membagi 10 tips bagaimana caranya berjejaring. Salah satu tips yang sering dilupa banyak orang termasuk saya, yang namanya berjejaring bukan hanya saat lagi butuh bantuan saja, tapi sebelum kita memerlukannya.
Terus kalau kita kenalan sama orang baru dan tuker-tukeran kontak, jangan lupa follow up. Jadi biar kita juga bisa tetap connect sama mereka.
Kutipan Paling Bagus dari Buku You Do You
Kelebihan Buku You Do You: Discovering Live Through Experiments and Self-Awareness
- Ada saran untuk menikmati buku ini. Ini simple sih. Tapi ternyata sering dilupakan oleh pembaca
- Kalo baca buku ini, kita bisa tahu kalau penulis merupakan pembaca buku berat. Ini terbukti dari banyak riset yang dia paparkan dari sumber buku yang dia baca maupun situs terpercaya
- Ada citasinya, jadi pembaca bisa tahu sumbernya dari mana
- Desain bukunya yang sangat playful dengan beragam warna, gambar, grafik, dan QR Code yang mengarahkan pembaca ke video dan sumber materi tulisan
- Ada bagian yang dihighlight
- Ada quotes yang bisa banget kita tulis di notes dan tempel di meja kerja atau laptop. Biar ingat terus
- Gaya bahasanya kayak orang lagi ngobrol jadi nggak ada kesan menggurui
Oh ya yang saya tahu buku ini sudah masuk dalam Mega Best Seller Gramedia dan dapat rating 4.5 dari GoodsRead.
Mungkin salah satu alasannya karena buku ini cukup relate dengan kondisi banyak orang dan bisa jadi jawaban buat kamu yang
lagi galau sama karier, ikigai, passion, duit, maupun segala kegalauan lain
yang sering dialami anak muda.
Saran saya, kalau pun kamu
sekarang lagi tidak galau soal karier, tetap baca buku ini ya. Soalnya menurut
saya buku ini sangat layak dijadikan guide
buat kamu yang usianya 20an -30an. Jadi jika suatu saat quarter life crisis soal karier menghampiri
hidupmu, kamu sudah tahu apa yang harus dilakukan. Semoga ya!
Lagi Probation - Menikmati
Perjalanan Mencari Kerja - Samuel
Ray
Buku ini juga membantu saya menghadapi quarter life crisis soal karier. Saya jadi tahu banyak hal soal dunia kerja, khususnya mencari pekerjaan. Saya yang sedang galau dengan pekerjaan apakah resign sebelum dapat kerja baru atau resign menunggu sampai dapat kerjaan baru. Keduanya punya plus dan minus sih.
Namun, yang pasti buku ini mengajarkan saya untuk beradaptasi memahami sisi rekruter atau dalam hal ini perusahaan yang sedang membuka lowongan kerja. Adaptasi di sini maksudnya saya jadi lebih paham apa saja sih tujuan dari berbagai tes yang sering diajukan pada diri kita, kenapa sih perusahaan suka lama memberikan jawaban, dan lain sebagainya.
Sang penulis, yakni Samuel Ray yang
merupakan seorang praktisi HR profesional membagikan berbagai tips dan trik
mencari kerja dari A-Z, mulai dari menulis CV, proses berbagai macam tes yang
harus dilalui calon kandidat, hingga
negosiasi gaji.
Cara penyampaiannya juga sangat
“mendarat” dengan bahasa yang sederhana, dan cukup gamblang menjelaskan proses
rekrutmen yang biasa ada dalam sebuah perusahaan. Ya, at least berdasarkan dari pengalaman dia sebagai HR selama ini.
Sama seperti buku You Do You,
buku yang juga jadi best seller di Gramedia ini mengajak dialog pembaca, sehingga pembaca jadi tidak berasa
seperti digurui. Itu sih yang saya rasakan. Buku ini bukan hanya untuk yang
baru pertama kali mencari pekerjaan, tapi juga cocok buat orang yang sedang mencari
pekerjaan baru kayak saya. Bukan berarti juga kan kalau saat ini sudah bekerja dan sedang
ingin mendapatkan karier baru di tempat lain akan selalu berhasil ketika apply kerja lagi J
Buku ini juga memberi banyak ‘nasihat’ untuk pembaca agar tidak lekas
putus asa atau menganggap kegagalan mendapatkan pekerjaan sebagai akhir dari
dunia. Oke, saya paham, semua orang
sudah tahu. Tapi ketika kamu sedang mengalami quarter life crisis, kegagalan sekecil apapun kok rasanya sakit,
ya?
Beberapa Bab di Buku Lagi Probation - Menikmati Perjalanan Mencari Kerja yang Saat Ini Mulai Saya Implementasikan:
- Pasang mindset bahwa meski kita sudah masuk ke tahap wawancara, bahkan sudah nego gaji dan tes kesehatan sekalipun bisa saja kita tidak dapat pekerjaan tersebut. Kalaupun tidak diterima kerja, anggap saja latihan wawancara atau tes lainnya. Jadi kita masih bisa belajar dari kesalahan sebelumnya.
- Mindset selanjutnya, selagi ada kesempatan, coba saja dulu jangan terlalu banyak mikir
- Setelah melewati proses interview pun saya juga mengirimkan e-mail ucapan terima kasih ke pihak pewawancara karena sudah meluangkan waktunya ngobrol sama saya. Saya pun juga melakukan follow up terkait hasil tes yang sudah dijalani. Sebelum baca buku ini, saya tidak pernah melakukannya.
Bagian yang paling saya suka dari Lagi Probation - Menikmati
Perjalanan Mencari Kerja
· Chapter 5 Apa Bedanya Wawancara dengan Kencan Pertama? Di chapter ini kita diberikan tips and trick saat melakukan wawancara, yaitu 3P Polite (Sopan & Santun), Punctual (Tepat waktu), dan Presentable (perhatikan penampilan). Terus macam-macam apa saja pertanyaan yang biasa diajukan, yaitu Competency Based, Situational Based, Brain Teaser, dan Suka-suka Interviewer.
Kita juga dikasih trik untuk menjawab pertanyaan competency based menggunakan metode STAR
(Situation, Task, Action, dan Result). Intinya trik STAR membantu kita mengurai
cerita jika ditanya soal bagaimana pencapaian karier dan bagaimana
sikap terhadap kesulitan yang dialami selama menjalankan pekerjaan tersebut.
Kelebihan Buku Lagi Probation - Menikmati Perjalanan Mencari Kerja
- Dari segi tampilan saya suka sama ilustrasinya, lucu tapi isi quotes-nya nendang dan bikin kalem hati
- Buku yang memberikan semangat tidak muluk-muluk lewat #CobaAjaDulu yang sering diulang-ulang dalam buku ini
- Ada kesimpulan di setiap bab. Jadi pembaca bisa cepat ingat poin pentingnya
- Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab oleh para profesional di bidang HR. Mungkin ada salah satu pertanyaan kamu di buku ini :)
Kutipan Paling Bagus dari Buku Lagi Probation
Intinya, lewat dua buku ini saya
belajar untuk beradaptasi mengenal lebih jauh lagi soal diri saya sendiri. Saya
percaya, setiap orang pasti akan mengalami quarter
life cirisis-nya masing-masing. Sebagai manusia tentu kita tidak bisa skip fase ini. Hal yang bisa kita lakukan,
hanyalah berusaha sebaik mungkin agar bisa mencari jalan keluar dan hidup lebih
baik lagi.
Jika di umur yang akan
datang kita mendapati masalah seperti
yang sekarang sedang dihadapi, kita sudah punya bekal untuk lebih siap
menghadapi tantangan dalam hidup yang seperti roller coaster ini :)
Sebagai penutup, untuk siapa pun
yang membaca postingan saya ini dan sedang mengalami quarter life crisis, yuk semangat. Carilah aktivitas positif yang
bisa membantumu menemukan jawaban dari berbagai pertanyaan yang membuatmu gelisah.
Tidak perlu aktivitas yang berat,
cukup luangkan waktu untuk membaca sebuah buku, akan sangat membantu kita
mendapatkan inspirasi atau bahkan jawaban dari kegalauan hidup. Yuk, semangat,
teman!
1 comments
Terimakasih telah merekomendasikan buku-buku tersebut, sangat menginspirasi untuk terus bergerak pada hal positif di tengah gempuran kegelisahan. .
ReplyDelete