Lyfe with Less Meet Up: Mindful Consumption & Belajar Jadi Minimalis
Buat yang lagi belajar minimalis pasti tahu deh sama komunitas satu ini, yup Lyfe with Less (LWL). Komunitas yang sudah berjalan sejak 5 tahun dan didirikan oleh Chintya S. Lestari ini sudah memiliki banyak pengikut baik di Instagram maupun grup Telegram lho.
Sabtu (23/12/2023) kemarin gue bersama temen gue Kak Dewi datang ke acara tahunan Lyfe with Less (LWL) Bersaling Silang Free Market. Di sini kita bisa tukar maksimal 5 barang kita yang masih layak pakai dengan mengadopsi 5 barang dari orang lain (preloved) yang juga masih layak pakai.
Di event ini kita bisa melakukan 5R sekaligus yaitu Reduce, Reuse, Recycle, Repair, dan Refill.
Reduce: Kita bisa mengurangi barang yang ada di rumah kita dengan mendonasikan barang.
Reuse: Kita bisa menggunakan kembali barang layak pakai dari orang lain yang sesuai dengan kebutuhan kita. Barang yang bisa ditukar juga ada ketentuannya ya.
Recycle: Lyfe with Less (LWL) Bersaling Silang Free Market juga bekerjasama dengan beberapa waste management yang bakal bantuin pengelolaan sampah. Pihak yang diajak bekerjasama di acara ini ada Rekosistem, Ecotouch (waste management untuk pakaian tidak layak pakai), dan Daur.id untuk empties skincare.
Repair: Di sini pengunjung juga bisa memperbaiki pakaiannya yang rusaknya minor di penjahit andalan.
Refill: Tersedia juga refill air minum bagi peserta sehingga tidak perlu membawa air minum kemasan dari luar.
Ibaratnya di event Lyfe with Less (LWL) Bersaling Silang Free Market tuh bisa sekali mendayung 2-3 pulau terlampaui.
Nah, yang menarik, di Lyfe with Less (LWL) Bersaling Silang Free Market Sabtu kemarin ada LWL Meet up di mana kita bisa bertemu dengan para member Bersaling Silang yang ada di Telegram (networking session) dan sekaligus belajar bareng di LWLTalk bersama influencer Raden Prisya Founder of Mind Revive dan Grace Shinta Minimalist Content Creator.
Tema yang diangkat dari sesi ini yaitu Mindful Consumption & #BelajarJadiMinimalis.
Nah, buat lo yang nggak datang ke acara LWL Talk kemarin, gue bakal share apa aja ilmu yang didapat ya:
Baca juga: JXB 2022: Can't Stop Talking About Sustainable Beauty
Manfaat Menerapkan Minimalis di Kehidupan Sehari-hari
Kak Grace menceritakan awalnya dia memulai minimalis karena merasa beres-beres rumah kok nggak selesai-selesai? Sudah beberapa tahun ini aktif menerapkan minimalis, manfaat yang dia rasakan yaitu dengan mengurangi barang kita bisa memangkas waktu beberes dari yang biasa mungkin sehari-harinya 45 menit, dengan minim barang bisa cuma 15 menit aja. Belajar minimalis jadi bikin diri sendiri lebih happy karena ia menyadari barang-barang yang terlalu banyak ternyata membawa masalah baru.
Bagaimana Caranya Mengurangi Keinginan untuk Konsumtif dalam Berbelanja?
Banyak orang biasanya lagi capek malah pengen buka ecommerce atau beli makanan di online. Itu kan sebenarnya tidak menyelesaikan masalah sesungguhnya. Belajar menghadapi emosi kita yang kita nggak suka, itu mau nggak mau kita akan belajar juga untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak nyambung dengan emosi tersebut. Karena kita sering kali melakukan hal yang tidak nyambung. Lagi kesel sama pasangan, terus pengen buka e-commerce.
Misalnya ibu capek ngurusin anak pengen kabur ke hal lain dan jadi membuat pengen buka ecommerce. Ini sangat berhubungan dengan prilaku konsumtif.
Akan sangat memudahkan kalo kita ada masalah fokusnya apa yang terjadi di diri kita dulu selesaikan masalahnya dan menghibur diri dengan cara positif lainnya. Kalo udah bisa melepaskan udah bisa ketidakmelekatan, itu mudah-mudah proses mengerem keinginan berbelanja dan melepaskan barang jadi lebih mudah.
Bagaimana Caranya Melepaskan Barang-Barang yang Sentimentil?
Balik lagi ketujuan orang-orang. Kalo punya tujuan yang jelas, misalnya karena rumah nggak terlalu besar maka inginnya nggak punya banyak barang, bikin kita jadi ingin menyimpan barang yang kita perlukan aja, yang tidak perlu harusnya nggak ada.
Declutter emang awalnya susah, tapi dengan seiring berjalannya waktu karena dipaksa bahwa barangnya kalo disimpan aja juga nggak bakal diapa-apain akhirnya jadi kebiasaan dan tega. Jadi biasa aja gitu sama barang. Karena kalo barang ini ada di rumah nantinya cuma nambah beban pikiran, kita akan merasa bersalah dann harus luangin waktu buat rawat barangnya. Tapi, lain ceritanya kalo barang itu dikasih ke orang buat diperpanjang usia pakaianya itu malah bikin happy.
Kita juga harus terbiasa, kalo barangnya sudah selesai dimanfaatkan, sebaiknya dilet go aja. Kebanyakan orang melekatkan diri terhadap benda yang padahal benda tersebut netral, tapi kita jadi sentimental banget untuk put our memories on that.
Coba kalo kita lagi ada difase nggak bisa melepaskan barang yang padahal udah nggak terlalu dipake, ingatlah bahwa mungkin waktunya dia atau barang tersebut di hidup saya sudah selesai.
Ini juga berlaku untuk hewan peliharaan ya. Mungkin kalo pas hewan peliharaan hilang, bisa jadi waktu hewan tersebut bersama kita memang sudah habis, jadi let go saja. Ingatlah bahwa benda dan hewan peliharaan itu netral.
Selain itu, kita juga perlu ingat orang-orang Palestina yang sekarang sedang berjuang, mengajarkan pada seluruh orang di dunia bahwa apapun yang dimiliki itu tidak melekat dalam diri kita. Tidak ada yang kita miliki di dunia ini. Kita bisa lihat mereka kehilangan semuanya pun, tapi mereka seperti merasa punya.
Kalo benda sentimental yang kita nggak mau declutter, ingat kita harus juga mau merawat dan terus menggunakannya. Kalo benda sentimental itu yang functional dan masih bisa dipakai, lebih baik diperbaiki.
Beda sama elektronik yang selalu diupdate tiap tahun pasti akan selalu berubah. Kalo kita kasih atau jual ke orang lain yang lebih memerlukan bikin kita sipemilik awalnya jadi senang dan merasa barang itu jadinya nggak diam aja di rumah dan nggak ada manfaatnya.
Benda itu netral aja. Kalo masih sulit melepaskan barang tersbut, kita harus memberikan value ke barang tersebut, misalnya dipakai setiap hari atau digunakan di hari spesial, yang jelas kalo put value di barang tersbut, kita perlu juga kasih perhatian ke barang itu dengan dirawat dan dibersihkan rutin. Harus punya alasan untuk keep barang ini karena apa.
Bagaimana Caranya Biar Nggak Impulsif Terhadap Pembelian yang Serba Mudah dan Cepat?
Kiat Bijak Berkonsumsi Biar Nggak Mudah Membawa Barang ke Dalam Rumah
Sharing tentang bagaimana mulai #BelajarJadiMinimalis ala Grace Shinta & perspektif Raden Prisya untuk jadi manusia yang berupaya sadar & #BijakBerkonsumsi |
0 comments