Dare to Create, Journey to Become Content Creator


Nggak bisa dipungkiri content creator sekarang menjadi profesi yang diincar banyak orang. Sekilas mungkin orang menganggap gampang menjalani peran ini. Memang sih semua content creator punya journey yang berbeda-beda.

Ada yang 1 tahun baru membuahkan hasil, ada yang sampai bertahun-tahun baru berhasil, tapi ada juga orang yang hanya memerlukan waktu 1 bulan untuk bisa mencapai followers banyak hingga tawaran endorsement dari berbagai brand dengan bayaran yang tidak sedikit. 

Saking menggiurkannya menjadi content creator, ada berbagai kelas yang membahas terkait tema ini dari yang gratis sampai berbayar. Topik-topik yang dihadirkan juga menarik. 

Di bulan April lalu saya mengikuti kumpul online dari Narasi. Judulnya sangat menarik yaitu Dare to Create, Journey to Become Content Creator. 

Narasumbernya juga nggak kalah keren ada Ahmad Abdillah content creator dengan niche video editor (25k followers di Instagram) yang merangkap mahasiswa semester 6 jurusan ekonomi syariah di UIN Bandung. 

Ada juga Jovial da Lopez yang merupakan content creator sejak 10 tahun lalu bersama adiknya Andovi da Lopez lewat akun YouTube Skinny Indonesian 24. Ia juga sekarang adalah Chief Creative Officer dari Narasi. 

Ada banyak hal yang membuka mata saya terkait content creator dari sesi kumpul online ini. Kira-kira apa saja? Berikut rangkumannya!

Awal Mula Ahmad Abdillah Menjadi Video Editor

Semua berawal dari hobi. Ahmad menyukai seni, ngedit, dan teknologi. Ahmad sempat mengira proses menjadi content creator yang singkat, sesederhana gabut mulai ngonten, terus terlanjur basah dan dilanjutin. Tapi ternyata ada hubungan antara content creation dengan hobi-hobi sebelumnya yaitu Ahmad suka baca, menulis, bercerita, dan ketertarikan dengan perfiliman serta industri atau marketnya ada. 

Berawal dari Covid di mana banyak materi yang disampaikan secara daring dan materi yang disampaikan cukup membosankan. Akhirnya Ahmad mencoba sharing edu tech. mengedukasi lewat social media dengan menggabungkan minat tadi. 

Sering ikutan lomba film pendek dan menang. Dan sempat berpikir untuk dunia film, tapi rasanya agak jauh, jadi content creator inilah yang bisa dimasukkin sama Ahmad. 

Kenapa Memilih TikTok dan Short Video?

TikTok menjadi platform yang cocok untuk para kreator baru karena secara algoritma lebih mendukung. Cara TikTok menempatkan konten yang tepat ke audiensnya yang sesuai lebih baik daripada instgaram atau YouTube.

Gimana Cara Bikin Konten yang Menarik Ala Ahmad 

Pikirin pesan yang mau disampaikan apa, disampaikan oleh orang yang tepat, melalui media yang baik, nyasar audiens yang tepat, dan memberikan impact. 

Bikin dulu scriptnya, penulisannya. Audio visual itu penting, tapi seiring berjalannya waktu ia sadar kalo ruhnya konten adalah pesan yang tersampaikan dengan baik pada audiens. Baru untuk eksekusi.

Menulis script, mikirin idenya kayak gimana yang sekiranya membantu banyak orang dan relate. 

Perlukah Device yang Oke untuk Bikin Konten?  

Butuh, tapi semumpuni apa itu tergantung dari si penggunanya. Kalo kita terjun di niche audio visual seperti video editor, tentu perlu punya kamera, lighting, mic yang bagus untuk menunjang konten dan harapannya dengan device yang bagus bisa mendapat klien. Tapi buat orang yang di luar itu bisa pake yang biasa aja udah cukup. 

Gimana Caranya Biar Pede Menunjukkan Wajah di Depan Kamera? 

Awalnya Ahmad juga tidak merasa percaya diri menunjukkan wajahnya dan memilih memasukkan efek atau video lainnya. Namun, Ahmad berpikir meskipun dia merasa biasa saja, tapi mindset yang saya acungi jempol adalah dia lebih menonjolkan editing yang bagus. Sehingga jika ada komentar negatif dari audiens soal penampilannya, ia bisa membela diri dengan mengatakan meskipun tampilannya sederhana tapi editan dan eksekusinya videonya yang serius dan bagus. 

Susah Tidak Menjadi Video Editor?

Susah dan perjalanannya cukup terjal. Ahmad sendiri sudah lebih dari 4 tahun mulai ngedit dan sempat aktif mendesain juga jadi paham tentang pewarnaan, komposisi, dan lainnya. Sebelumnya juga banyak bergaul dengan orang yang aktif di bidang sastra. Jadi prosesnya panjang, tapi pasti bisa. (18.01). 

Cara Agar Tidak Mager Melakukan Rutinitas Sebagai Content Creator

Punya goal yang jelas itu penting untuk membantu soerang content creator bisa terus konsisten berkarya dan mau terus belajar. Kalo Ahmad sendiri goalnya adalah ingin punya studio dan tim yang proper. 

Kalo pun rehat 1/2 hari nggak masalah. Namun, kalo udah sampe berhari-hari dicari tahu breaknya kenapa dan kalo stres coba lakukan journaling untuk memetakan semua keresahan dalam pikiran. 

Ahmad sering merasa bersalah kalo malas-,malasan. Jadi kalo seharian nonton netflix tapi belum kerja dia merasa berdosa. 

Hambatan dan Tantangan Bikin Konten

Bentrok projek yang lagi digarap, kuliah, konten, dan sakit hati

Pesan Bagi yang Ingin Menjadi Video Editor 

Banyak sukanya, suka nulis, touring. dengan banyak sukanya itu, pilihlah salah satu. Passion bertemu dengan market, bertemu juga dengan business opportunity Apa yang kamu sukai, kira-kira ada gak penontonnya, nanti besar kira-kira besar kesempatan bisnis yang bisa diambilnya seperti apa. 

Tips Membuat Isi Konten yang Daging 

Kata Raditya Dika komedi itu semakin ditarik ke dalam semakin relevan. Biasanya Raditya Dika bikin komedi dari kisah keluarganya kan. Nah, Kak Ahmad juga melakukan hal yang sama. Jadi masalah dilihat semakin dilihat dari dalam bukan dari luar misalnya komentar, kompetitor. Ingat-ingat kira-kira apa masalah yang pernah kita hadapi dan temui, sekarang udah ketemu solusinya. Fokus ke keresahan dan pengalaman pribadi. Terkadang ngikutin tren juga. Yang penting bisa disesuaikan sama niche kita.

Misalnya seneng banget dan terbantu premier composer. Jadi bahas itu. Contoh lain misalnya Ahmad lagi suka Ferry Irwandi karena dia bikin konten tentang Cinta dan Kebodohan. Terus di video itu efek stabilo, yaudah dibahas efek stabilonya. 

Semakin ditarik ke dalam masalah apa yang sangat mengganggu kita, kita cari dulu masalahnya dan apa solusinya yang works di kita untuk mengatasi masalah tersebut. Kalo belum ketemu solusinya cari dulu solusinya baru share ke yang lain. 

Dalam Proses Eksekusi Konten

Ide dan poin-poinnya di tulis kapan aja. Semua ide-ide tadi di susun dalam menjadi script. Lalu take video, editing di hari berikutnya. 

Kita nggak perlu waktu lebih dari 24 jam. Tapi yang kita perlukan adalah fokus agar pekerjaan bisa cepat selesai dan optimal. Dan ditargetin. Misalnya setelah menonton 1 film di Netflix saya akan kembali mengedit tanpa membuka HP. (44.59)


Jovial da Lopez

10 tahun menjadi YouTuber, masuk Narasi, dan bikin musikal. 

Seseorang Disebut Content Creator Itu Seperti Apa Sih?

Orang yang upload konten bukan disebut content creator. Karena di zaman sekarang dari anak kecil sampe kakek nenek kita bisa upload konten di zaman sekarang. Menurut Kak Jo, orang disebut content creator kalo sudah ada hasil dari konsistensi dia. 

Karena ada juga orang yang udah konsisten bikin konten tapi belum juga mendapatkan perhatian dari masyarakat. Menjadi content creator itu harus diri kita yang merasakan bahwa kita content creator, tapi ada pengakuan juga dari masyarakat. Jadi, bukan cuma dari kita aja yang merasa menjadi content creator. Konsistensi dari kitanya dan hasil dari audiensnya. Jadi konsistensi dan hasil harus berkesinambungan. 

Makanya bagi yang viral sekali, tapi dikonten-konten selanjutnya hasilnya B aja atau tidak bisa menjaga konsistensi tersebut menurut Kak Jo itu adalah orang yang hoki. 

Content creator harus bisa sustain menjaga kualitas dan hasil dari masyarakat, walaupun pasti ada momen penontonnya turun. Kalo penontonnya turun terus terusan, kita harus evaluasi lagi apa yang works dan nggak, menyusun strategi baru agar mayarakat yang udah kenal kita gak melupakan kita. 

Content Creator Harus Punya Standard yang Tinggi dalam Memproduksi Konten 

Untuk membuat konten yang berkualitas dan standard tinggi pastinya dilalui dari banyak proses, belajar, evaluasi, dan konsistensi. 

Viral Itu Bukan Content Creator

Content creator adalah orang yang sengaja membuat konten untuk ditonton yang diibarengi dengan konsisten dan ada hasil dari masyarakat. 

Perbedaan Menjadi Content Creator Dulu VS Content Creator yang Sekarang

Menurut Kak Jo tidak ada perbedaan antara content creator yang dulu dan sekarang. Tapi yang paling mencolok adalah banyaknya kompetitor karena batas masuknya jadi lebih mudah. 

Kalo zaman Kak Jo memulai YouTube, mungkin batas masuknya lebih banyak. Misalnya internet harus cepet, cuma bisa dilakukan di komputer atau laptop, dll. Kalo sekarang kan bikin konten bisa dari hp kita. (53.25)

Bagaimana Cara Menjaga Konsistensi Ngonten dari Dulu Sampai Sekarang

Di fase awal membuat konten biasanya bersemangat, apalagi jika langsung viral. Namun, untuk menjaga semangat itu tetap ada seiring berjalannya waktu itu yang susah. 

Bisa gampang kalo kita tahu tujuan bikin konten dan keresahan yang kita alami itu apa. 58.58

Strategi yang harus Diterapkan biar mendapat atensi dari audiens

Ketika bikin konten itu ada ego. karena kita merasa suara kita harus didengar orang. Jadi kita cenderung maksain. Gue ngerasa ngerti ini dan seindonesia harus dengerin gue.Tapi bikin konten itu adalah sebuah perjalanan. Konten itu dua arah. Sengotot-ngototnya kita terhadap kehebatan kita, penonton jangan diabaiakan. Mereka juga mengarahkan karier kita kemana. Karena mereka juga mengamati kita. karena kitacuma ngedengerin pikiran kita sendiri. Tapi penonton bisa lihat kita secara holistik. mereka bisa melihat pembawaan kita, kita asiknya pas ngomong apa? 

jadi nggak masalah mau banyak explore dan ngedengerin feedback audiesnya. 

Hal-hal yang bisa dipelajari dari konten-konten terdahulu untuk konten-konten sekarang?

Konten tuh berubah terus, kayaknya yang selalu akan sama orang akan selalu apresiasi diri kita yang jujur dan original. Itu yang formula dari dulu sampe sekarang nggak berubah-berubah. Setiap kali kita ketemua personality yang baru di TikTok itu orang yang jujur dengan keresahannya dan berhasil menemukan formulanya dan orang suka nonton dia. Jujur sama diri sendiri tuh sulit. 

Untuk menemukan keresahan kita terdalam itu sulit karena kebanyakan orang takut kalo nunjukkin keresahan terdalam dan dihina. Manusia tuh suka melihat manusia lain, ketika manusia bisa mengeluarkan keresahan yang terdalam dan menjadikan itu sebagai karya, ujung-ujungnya akan muncul penonton dengan sendirinya. 

Tips untuk para kreator agar tetap bisa mengikuti tren

Ngebahas keresehan yang kita alami aja dan ditambahin dengan seni dan otak yang kita miliki. Jadi, rasa kesal kita harus bisa diolah secara artistik dan gabungan knowledge yang kita miliki agar penonton bisa suka. 

Kak Jo yang udha 10 tahun jadi YouTuber, nggak banyak nonton YouTube, tapi lebih seringnya nonton film dan baca buku karena lebih merangsang otak.Nah, kak Jo merasa 1 jam cuma scrolling tiktok aja dia merasa hari itu menjadi orang yang malas. 

Pesan-pesan bagi Orang yang Mau Memulai Menjadi Content Creator 1.12.06

Mulai aja dulu, bikin aja dulu, mau ada yang lihat atau gak yang penting ada dulu karyanya, mau itu jelek sekalipun. Karena mau ada penontonnya atau nggak, kita nggak bisa menilai hasil kerja keras kita kalo nggak ada produknya. 

Kalo kita terlalu lama memikirkan konten yang akan dibuat ujung-ujungnya nggak ada konten yang dibuat. Kalo sepi yang lihat, jangan lupa di evaluasi dan diperbaiki kekurangannya. 

Prinsip apa yang Kak Jo Pegang untuk Tetap Mempertahankan Konsistensi dalam Berkarya Sebagai Konten Creator

Berusaha membuka wawasan audiens kita dan bermanfaat, makanya dalam pembuatan kontennya perlu effort seperti riset, wawasan, dan ngobrol bareng sama orang lain, sehingga perlu waktu. Jadi jangan asal upload dan bukan cuma biar penonton mendapatkan emosi-emosi dasar aja. 

Pasar Content Creator Sekarang, Apakah lebih baik idealis dan punya ciri khas sendiri atau ngikutin pasar tapi kita modifikasi sedikit biar nggak jauh banget sama pasar yang rame. 

Ini tergantung dari batas toleransi kita terhadap jumlah views yang kita dapat. Kalo ditanya apa yang ideal sekarang ikutin aja pasar kalo emang kita bahagia melihat postingan rame karena ngikutin apa aja yang lagi rame. 

Cuma pertanyaannya, apakah itu yang kita inginkan? Bagi Kak Jovi itu nggak ada dampaknya. Kita ngebahs sesuatu yang lagi rame, terus apa yang akan berubah dari negara ini? Keresehan Kak Jo kalo suatu hal nggak maju, nah dia sadar kalo kita mau maju ke depan, kita nggak bisa ngelakuin hal yang biasa-biasa aja. 

Apa sih yang dimaksud dengan biasa-biasa aja? Ya misalnya mengikuti arus aja apa yang lagi rame/ viral itu yang dibikin.  Tapi hal itu nggak bikin kita maju karena kita bikin konten yang mudah. 

Kalo kita bikin konten yang sulit, emang dapat atensi penontonnya juga sulit gak segampang bikin konten yang ngikutin viral. 

Tapi ketika lu dapat penontonnya, wah kebahagiaan itu gak ternilai, karena akhirnya yang kita inginkan tercapai. Jadi bukan suatu hal yang bikinnya cepat dan hasilnya cepat. Hati-hati ritme begini bisa hilang dengan cepat juga. Beda cerita kalo kita berproses dengan mencoba berbagai hal, ketika kita mencapai apa yang kita mau, rasanya luar biasa menyenangkan. 

Namun, Kak Jo juga mengingatkan supaya kita harus kuat karena kita bermain dengan waktu, bisa jadi tahun pertama, kedua kita belum berhasil tapi tahun selanjutnya kita baru bisa mencuri atensi masyarakat yang lebih luas lagi. Dan untuk bisa bertahan adalah kita harus melakukan apa yang kita suka juga. Jadi kalo kita kuat silahkan idealis, tapi kalo gak kuat silahkan ikutin tren aja. 



You Might Also Like

0 comments